LIMBAH DOMESTIK di LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT




PENCEMARAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH
LIMBAH DOMESTIK di LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT

 








Ahmad Sulthan Nuriy
G1F115002



KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2018



1. Pengantar
Manusia merupakan komponen lingkungan yang bersama-sama dengan komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam mengelola lingkungan sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu dan teknologi yang dikembangkannya.
Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti kemampuan untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia amat berpengaruh pada peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting lingkungan. Manusia dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena keterbatasan kemampuan dan kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus ditingkatkan tanpa batas, sehingga manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan ketidak setimbangan atau kerusakan lingkungan.
Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk, aneka kebutuhan hidup semakin bertambah dan menghasilkan produk akhir yang disebut sampah. Sampah apabila tidak dikendalikan dapat mencemari lingkungan, terutama perairan yang notabane-nya banyak dianggap sebagai tempat sampah paling luas. Pencemaran perairan sendiri adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
2. Jenis-Jenis Limbah Domestik
Limbah cair domestik adalah air buangan dari residen atau rumah tangga, institusi, fasilitas komersial, dan fasilitas-fasilitas lain yang sejenis, yang bervariasi kuantitas dan kompisisinya dari waktu kewaktu. Limbah ini mengandung bahan organik dan anorganik yang berbentuk cair, suspense, atau koloid. Setiap milliliter dari limbah domestik ini biasanya mengandung jutaan sel mikroba dan kebanyakan mengandung bakteri yang berasal dari saluran pencernaan.
Limbah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Beberapa jenis limbah yang dihasilkan kegiatan antropogenik dan industry adalah limbah padat (sampah), air kakus (black water), dan air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah dibagi menjadi limbah cair dan padat.
2.1. Limbah Cair Domestik
Limbah cair dapat diartikan sebagai hasil buangan yang berbentuk cair atau liquid. Limbah jenis ini dapat dihasilkan dari kegiatan atau proses di dalam rumah tangga, industri, bahkan kegiatan atau proses di dalam pertambangan. Limbah cair lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
Gambar 1. Limbah Cair Domestik Yang Disebabkan Oleh Perusahaan Industri
Dapat dilihat pada gambar diatas menunjukkan limbah cair air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran got menuju sungai ataupun laut. Terkadang dalam perjalanannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian penanganan air limbah perlu mendapat perhatian serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan, keindahan alam.
2.2. Limbah Padat Domestik
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Gambar 2. Limbah Padat Domestik Yang Disebabkan Oleh Aktivitas Manusia
Didaerah Perkotaan
Dari gambar diatas dapat dilihat hasil buangan limbah domestik yang berupa limbah padatan yang sangat banyak dan mengganggu aliran sungai serta mencemari perairan dipesisir laut maupun sungai, Gambar tersebut menunjukkan bahwa perairan sungai yang tercemar akibat sampah yang berupa padatan yang memenuhi aliran sungai yang mengakibatkan dampak negatif bagi biota dan kesehatan manusia.
Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan), sampah anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu batere) juga berperan besar dalam pencemaran air, baik air di permukaan maupun air tanah. Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia, pathogen/bakteri dan perubahan sifat Fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang mencemari air. Patogen/bakteri mengakibatkan pencemaran air sehingga menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang. Adapuan sifat fisika dan kimia air meliputi derajat keasaman, konduktivitas listrik, suhu dan pertilisasi permukaan air. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air (air permukaan dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan kesehatan manusia/penyakit.
Menurut GESAMP (1976) limbah domestik mempunyai 5 sifat utama yaitu :
1. Mengandung bakteri, parasit dan kemungkinan virus, dalam jumlah banyak, yang sering terkontaminasi dalam kerang-kerangan dipesisir laut.
2.   Mengandung bahan organik dan padatan tersuspensi, sehingga BOD (Biological Oxygen Demand) biasanya tinggi.
3. Padatan (organik dan anorganik) yang mengendap di dasar perairan. Komponen organic akan terurai secara biologis, sebagai akibatnya kandungan oksigen berkurang.
4. Kandungan unsur hara, terutama komponen fosfor dan nitrogen tinggi sehingga sering menyebabkan terjadinya eutrofikasi.
5.   Mengandung bahan-bahan terapung, berupa bahan-bahan organik dan anorganik dipermukaan air atau berada dalam bentuk suspensi. Kondisi ini sering mengurangi kenyamanan dan menghambat laju fotosintesis, serta mempengaruhi proses pemurnian alam (self purification).
Tabel 1. Organisme Patogen Pada Limbah Domestik (Sewage) dan Penyakit yang Ditimbulkan
Jenis organisme                       Penyakit yang                            Efek
                                                  ditimbulkan
Bakteri    Escherichia coli        Gastroenteritis                       Muntah-muntah,
                                                                                                Diare, kematian
                 Legionella                Legionellosis                          Gangguan pernapasan
                 pneumophila                                                           akut
                 Leptospira                Leptospirosis                         Sakit kuning, demam
Protozoa Balantidium coli       Balantidiasis                          Diare, disentri
                 Cryptosprodium       Cryptosporodiosis                 Diare
                 Entamoeba               Disentri amoebic                    Diare keronis dengan
                 histolytila                                                                pendarahan, infeksi
                                                                                                pada hati dan usus
                                                                                                halus
            Air limbah yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infeksi setiap liternya, dan lebih dari 120 jenis virus pathogen yang terkandung dalam air seni dan tinja. Terdapat empat mikroganisme pathogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, protozoa, cacing, dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli.
Sebenarnya, mikroganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan rumah tanggga yang dibuang ke air lingkungan, baik sunga, danau, maupun laut. Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembangbiakan mikroganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroganisme pathogen ikut berkembangbiak pula
3. Mekanisme Limbah Domestik Masuk Kelaut
Kerusakan lingkungan perairan dapat disebabkan tertimbunnya limbah dari kegiatan pertanian, peternakan maupun industrialisasi. Limbah-limbah industri yang mengandung logam berat misalnya tidak dapat dengan mudah didegradasi sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan. Tak terkecuali logam berat yang dibuang ke sungai. Sungai adalah salah satu sumber daya perairan yang sangat penting. Peningkatan aktifitas manusia, seperti bidang perindustrian maupun limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai menyebabkan terjadinya degradasi kualitas perairan sungai. Logam berat akan mencemari perairan dan seluruh aspek yang memanfaatkan perairan tersebut.
Masuknya bahan-bahan pencemar tidak hanya berasal dari bahan organik tetapi juga dari bahan anorganik yang bersifat toksik (beracun). Masuknya bahan-bahan tersebut ke dalam ekosistem perairan akan menimbulkan perubahan yang dapat mempengaruhi kelangsungan jidup biota yang ada didalamnya. Perubahn ini juga mempengaruhi fungsi dan kegunaan air menjadi tidak sesuai lagi dengan peruntukan semula.
Bila bahan pencemar masuk ke dalam lingkungan laut, maka bahan pencemar ini akan mengalami tiga macam proses akumulasi (Hutagalung, 1991), yaitu proses fisik, kimia dan biologis.
Gambar 3. Peroses Masuknya Bahan Pencemar Kelingkungan Laut
Bahan pencemar memasuki badan air melalui berbagai cara seperti pembuangan limbah oleh industri, pertanian, domestik dan perkotaan, dan lain-lain. Logam-logam di lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion. Ion-ion tersebut ada yang berupa ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya. Umumnya logam-logam yang terdapat dalam tanah dan perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa hidroksida, senyawa oksida, senyawa karbonat dan senyawa sulfida. Senyawa-senyawa itu sangat mudah larut dalam air.
Suatu perairan dikatakan memiliki tingkat polusi berat jika kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota yang hidup di dalamnya berada dalam batas marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi. Baku mutu beberapa logam berat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Baku mutu logam berat
Unsur
Baku Mutu
Timbal (Pb)
0,008 mg/lt1
Tembaga (Cu)
0,008 mg/lt1
Seng (Zn)
0,05 mg/lt2
Kadmium (Cd)
0,01 mg/lt3
Kecerahan
Coral: >5
Mangrove: -
Lamun: >3
Kebauan
Alami
kekeruhan
<5
Sampah
Nihil
Padatan tersuspensi total
Coral: 28-30
Mangrove: 28-32
Lamun: 28-30
Sumber: (2) Kepmen LH no. 51 tahun 2004 Tentang Biota Laut
4. Pengaruh Limbah Cair Domestik
Masuknya limbah cair domestik ke lingkungan perairan dapat memberikan dampak terhadap kualitas perairan tersebut. Buruknya dampak yang diberikan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Planetary Notions (2002) mengemukakan beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh limbah cair domestik secara umum, antara lain terhadap lingkungan, yakni terjadi kerusakan secara ekologis, kesehatan manusia dan kerugian secara ekonomi.
Limbah cair domestik mengandung beragam kotoran yang terlarut maupun yang tersuspensi (dissolved and suspended impurities). Materi organik terutama berasal dari sisa-sisa makanan dan sayuran. Unsur hara dapat berasal dari sabun berbahan kimia, sabun cuci dalam bentuk bubuk, dan sebagainya. Limbah cair domestik juga mengandung mikroba penyebab penyakit, dan berbagai substansi yang digunakan manusia untuk membersihkan rumah turut menyumbang polusi air karena substansi tersebut mengandung bahan kimia yang berbahaya. Substansi-substansi tersebut mengandung fosfat yang umumnya digunakan untuk melunakkan air. Semua kandungan yang bersifat kimiawi ini mempengaruhi seluruh kehidupan di air (perairan).
Dampak limbah domestik terhadap lingkungan pesisir dan laut yaitu
1.   Lingkungan pantai yang dipenuhi sampah, selain merusak keindahan juga dapat mempengaruhi kehidupan ekosistem.
2.  Banyaknya sampah yang terapung, selain menimbukan bau yang tidak sedap juga dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke laut.
3.   Air laut berubah warna dan dasar laut tertutupi sampah sehingga berpengaruh pada kehidupan komunitas bentos.
4.    Jika hal ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan laut kehilangan habitat aslinya dan beberapa jenis makhluk hidup tidak mampu bertahan.
5.     Masuknya beban pencemar organik akan menurunkan kualitas oksigen terlarut, dengan demikian, kondisi perairan akan menjadi anoksik (kekurangan oksigen) yang akan berdampak pada kematian ikan masal.

Gambar 4. Limbah Domestik Perairan Menyebabkan Kematian Ikan

Gambar 5. Limbah Padat di Laut Yang Disebabkan Oleh Aktivitas Manusia
Didaerah Pesisir
Material organik akan menyebabkan kelimpahan nutrient, dimana ketika oksigen turun dan BOD naik, akan menghasilkan pengkayaan materi organik yang disebut eutrofikasi. Eutrofikasi ini dapat berakibat meledaknya kelimpahan plankton/algae (fitoplankton). Hal ini dapat mengakibatkan permukaan air laut berubah warna, menjadi warna yang sesuai dengan pigmen plankton ini. Kejadian ini biasanya dikenal sebagai Algae Blooms atau red tide, dimana beberapa diantaranya memiliki kadar toksisitas yang cukup tinggi, untuk itu lebih dikenal sebagai “Harmfull Algae Blooms (HABs)”. HABs dan Red tide juga merupakan faktor terjadinya kematian ikan secara masal. 
Dampak pencemaran yang paling sering dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah dampak terhadap kesehatan. Timbunan sampah yang tidak tertangani dapat menjadi tempat pembiakan penyakit. Diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat. Begitu juga dengan berbagai penyakit kulit yang biasanya datang bersamaan dengan genangan air yang membawa limbah. 
Dampak Ekonomi Penurunan kualitas lingkungan berbanding lurus dengan penurunan nilai suatu wilayah. Kandungan logam berat di perairan menjadikan beberapa jenis kerang dan ikan berbahaya untuk dikonsumsi dan tidak layak jual. Selain itu, akibat tercemarnya perairan, hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan signifikan. Laut yang kotor dan dipenuhi sampah akan menimbulkan keengganan para pengunjung untuk menjadikannya tempat tujuan wisata, yang berarti mengurangi peluang pemasukan bagi masyarakat setempat.
Dampak sosial yang timbul bisa beragam. Diantaranya, bergesernya jati diri masyarakat pesisir yang semula hidup sebagai nelayan menjadi pekerja daratan seperti buruh, tukang bangunan, satpam, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan kehidupan di laut sudah tidak menjanjikan, hasil tangkapan menurun akibat pencemaran yang makin meluas. Kawasan pesisir juga dianggap kawasan kumuh tempat bermuara seluruh sampah, sehingga menjadikan masyarakat pesisir senantiasa merasa terbelakang dan terpinggirkan.
5. Outfall sebagai fasilitas Alternatif Pembuangan Limbah Cair
Pembuangan limbah kebadan sungai yang berlangsung lama menimbulkan dampak besar pada wilayah estuari dan perairan laut yaitu mengakibatkan perubahan lingkungan terhadap kualitas air oleh kandungan limbah sehingga membawa dampak terhadap perubahan kehidupan dilingkungan tersebut. Terjadinya penumpukan dan akumulasi limbah dengan konsentrasi yang tinggi memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan perairan laut di sekitar muara sungai terutama pada tingkat kekeruhan air. Kekeruhan air membawa dampak terhadap terhalangnya masuknya cahaya matahari yang mengganggu proses rantai makanan yang membawa perubahan terhadap daur organisme. Contohnya kandungan logam berat yang ada pada perairan. Kandungan logam berat berdampak langsung terhadap perubahan kondisi fisik sungai dan estuari, serta mahluk hidup yang mendiami wilayah tersebut. Proses rantai makanan membawa dampak yang lebih buruk terhadap percepatan pencemaran mahluk hidup dengan mengendapnya logam berat dalam tubuh mahluk hidup. Jumlah limbah domestik yang sangat besar, dapat dilakukan dengan mengurangi beban yang diterima oleh badan sungai dengan melakukan penanganan khusus atau dengan penangan alternatif yaitu “Ocean Outfall”.
Outfall adalah ujung saluran yang ditempatkan pada sungai atau badan air penerima. Pemanfaatan Ocean Outfall yaitu saluran pembuangan berupa pipa yang ditanam menuju ketengah perairan laut dengan jarak tertentu untuk mendapatkan kedalaman air tertentu. Kedalaman tertentu ini didapatkan dengan mengukur arus laut disuatu wilayah pesisir sehingga dapat membantu proses biokimia secara natural di laut (Mukhtasor, 2007:126)
            Ocean outfall merupakan alternatif pembuangan limbah cair, khususnya limbah yang mengandung bahan organik dan bakteri faecal coliform dalam jumlah tinggi. Istilah ocean outfall dikemukakan oleh Charlton pada tahun 1987 untuk merujuk pada rekayasa perpipaan bawah laut yang digunakan untuk membuang limbah cair dari daratan ke laut sehingga memungkinkan terjadinya proses biokimia secara natural di laut. Selanjutnya bahan-bahan organik, nutrien, dan bakteri yang terkandung di dalam limbah dapat terdegradasi oleh proses alami tersebut (Mukhtasor, 2007). Sebelum dibuang ke laut, limbah diolah dengan derajat pengolahan yang lebih rendah daripada persyaratan yang ditetapkan untuk pengolahan di darat secara umum. Akibatnya biaya pengolahan menjadi lebih murah. Hal ini dikarenakan, untuk memperoleh kriteria keamanan lingkungan yang sama, ocean outfall memanfaatkan faktor alami laut untuk menurunkan konsentrasi limbah selain pengolahan di daratan.
Faktor alam yang dimanfaatkan untuk memproses kandungan limbah tersebut adalah konsentrasi oksigen terlarut, kecepatan arus dam kondisi gelombang, kedalaman air laut, difusi molekul dan turbulensi, serta energi matahari (yang digunakan dalam proses biokimia) di lapisan atas air laut. Di samping itu, proses pengurangan konsentrasi limbah dapat ditingkatkan dengan perancangan bentuk dan jenis diffuser (pipa penyebar aliran limbah) serta tata letaknya sesuai dengan kondisi dinamika lingkungan laut dan kuantitas limbah yang hendak ditangani.
 
Gambar 5. Alternatif Pembuangan Limbah Cair Perkotaan Ocean Outfall
Sistem ini dapat mengurangi kandungan limbah dalam jumlah yang lebih banyak daripada sistem pengolahan limbah di darat, baik untuk parameter BOD, padatan tersuspensi, maupun coliform. Hal ini terutama karena disebabkan oleh proses alami di laut yang berperan besar dalam menurunkan kadar polutan. Selain itu, sistem ini dapat meminimalkan persoalan lahan, lumpur, bau, dan berlebihnya nutrien, terutama di daerah perkotaan. Namun demikian, seperti layaknya semua jenis teknologi, ocean outfall juga tidak bisa menghilangkan limbah secara tuntas. Seluruh rekayasa ini diarahkan untuk menghasilkan teknologi efektif dengan biaya yang murah. Keberhasilan dari pelaksanaan teknologi ini tergantung pada perhitungan yang cermat terkait dengan kondisi perairan laut, kecepatan arus laut dan perancangan yang baik sehingga dapat memberikan hasil yang seperti diharapkan.
6. Upaya pengendalian Pencemaran Laut akibat Sampah
Upaya pengendalian limbah domestik terhadap pesisir dan laut. Seperti melakukan Penataan pesisir pantai mengambil peran penting dalam penanggulangan limbah. Penentuan lokasi pembuangan harus diatur sedemikian rupa, sehingga relatif kecil pengaruhnya terhadap lingkungan. Pengaturan dimana lokasi pemukiman, kawasan indutri, maupun area pariwisata turut mendukung pengambilan keputusan, dimana lokasi waste treatment sesuai diletakkan.  Dengan perancangan tata ruang yang baik, aliran limbah dapat didesain dan dikendalikan. Selanjutnya dapat melakukan cara sederhana,
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan.
1)      Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
2)      Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia. 
3)      Pengolahan secara biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
  1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor)
  2.  Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor)
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Pengolahan limbah juga dapat dilakukan dengan cara-cara yang sedehana lainnya misalnya, dengan cara mendaur ulang, Dijual kepasar loakatau tukang rongsokan yang biasa lewat di depan rumah – rumah. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan uang. Dapat juga dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak ataupun pemulung. Barang-barang yang dapat dijual antara lain kertas-kertas bekas, koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas, radio tua, TV tua dan sepeda yang usang. Dapat juga dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Kelebihan cara membakar ini adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha keras, membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dan dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan pencairan logam


KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di dapat pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Limbah cair domestik (domestic wastewater) adalah salah satu sumber pencemaran yang menimbulkan dampak yang serius pada lingkungan pesisir hasil buangan dari kegiatan rumah tangga (perumahan), bangunan, perdagangan dan perkantoran.
2.      Masuknya limbah cair domestik ke lingkungan perairan dapat memberikan dampak terhadap kualitas perairan tersebut. Buruknya dampak yang diberikan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh limbah cair domestik secara umum, antara lain terhadap lingkungan, yakni terjadi kerusakan secara ekologis, kesehatan manusia dan kerugian secara ekonomi.
3.      Ocean outfall sebagai alternatif pembungan limbah cair berupa pipa bawah laut yang digunakan untuk membuang limbah cair dari daratan ke laut sehingga memungkinkan terjadinya proses biokimia secara natural di laut.
4.      Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak terpakai lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan industri, serta dari tempat- tempat umum.
5.      Upaya pengendalian limbah domestik terhadap pesisir dan laut. Seperti melakukan Penataan pesisir pantai mengambil peran penting dalam penanggulangan limbah. Pengaturan dimana lokasi pemukiman, kawasan indutri, maupun area pariwisata turut mendukung pengambilan keputusan, dimana lokasi waste treatment sesuai diletakkan.



DAFTAR PUSTAKA
Bahtiyar, A. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga Serta Pemecahannya. FMIPA Unpad. Bandung, 2007
Hutagalung, H.P. D.  Setiapermana. SH. Riyono.  1997.  Metode Analisa Air Laut,  Sediment  Dan  Biota.  Buku kedua.  Jakarta P30-LIPI.  182:  59-77. Peminat dan Ahli kehutanan.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan laut. Jakarta: Pradnya Paramita. 322hal.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita: Jakarta
Nurdini, A.J., Studi Peningkatan Kinerja Ocean Outfall pada Pembuangan Limbah Cair di Wilayah Pesisir. Teknik Kelautan. ITS, Surabaya
Wardhana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset Yogyakarta, Jakarta

Comments

Popular Posts